Alhamdulillah, Semangat baru lagi.
Semoga saat ini dan
hari akan datang kalian sehat-sehat saja.
Well, cerita saya saat ini bermula dengan adanya atasan baru
saya di kantor, sebut saja namanya Bapak Fahmi (BF).
Sudah sebulan lebih bos kami di HRD di rotasikan ke jabatan
lain yang tentunya bukan lagi dalam lingkup HRD, dan baru seminggu yang lalu
kami akhirnya mendapatkan atasan baru dari hasil mutasi karyawan group
perusahaan kami yang lain. Kedatangan atasan baru saya ini bertepatan dengan
kepergian saya di Kota Serambi Mekkah, Banda Aceh, sehingga akhirnya kami belum
sempat ngobrol dengan leluasa.
Saat saya berada di Banda Aceh, saya lebih memilih fokus
terhadap liburan saya, bukan dengan si BF. Sehingga waktu liburan/ cuti nya
saya pun akhirnya berakhir jua, besoknya (hari sabtu, 10 Mei 2014) akhirnya
saya kembali berkantor, namun pada saat itu saya belum juga bertemu dengan si
BF.
Senin. Hari pertama yang akhirnya dimana saya akhirnya
betul-betul bertatap muka dengan si BF.
“Hum? Dimana saya pernah melihatnya ya?”. Pikirku.
Setelah mengingat-ingat kembali dalam beberapa menit,
akhirnya saya ingat. “Ouhhhh…. Dia itu adalah orang yang pernah saya temani
berdebat dan sempat memotong masukannya saat meeting koordinasi Person In Charge (PIC) setiap unit usah
di perusahaan kami menjelan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni)”. Sangat tidak
saya sangka, ternyata seseorang yang saya ladeni saat itu adalah calon atasan
saya.
Awalnya memang terlihat samar, tapi lama-kelamaan saya pikir
“Sepertinya BF ini kenal saya”. Dan semenangnya itu adalah betul. Dan
begitulah, kami seperti tidak pernah saling kenal. Profesional, sekarang dia
adalah atasan saya.
Selasa (Hari ini. 13 Mei 2014)
Sorenya saya bertemu si BF di ruangannya. Dan dimulailah
percakapan.
“Kenapa pake jaket?”. Tanya si BF kepada saya. Kebetulan
memang saya lagi pake jaket.
“Dingin pak, saya sedikit agak demam”. Jawabku.
“Pernah pecat orang?” Lanjutnya dengan tatapan pasti. Oh
iya, memang saat ini kami lagi sibuk membuat planning pemecatan karyawan sebanyak 60 orang. Kurang lebih.
“Sudah pak” Jawab saya.
“Berapa orang selama ini?” Lanjut si BF
“Selama ini sudah 2 orang pak” mulai agak ngerti arah
pembicaraan. Sepertinya saya sedang akan berada pada kasus yang serius.
“Sudah pernah marah-marah ke karyawan?”
“hum… (mungkin ada 5 detik), belum pernah pak” jawab saya
sedikit agak ragu.
“Waduh, kamu harus berani marah-marah ke karyawan, seorang
Industrial Relation itu….”
Well, agar percakapan saya dengan si BF gak anda simak
dengan begitu panjang dan membosankan, sebaiknya saya ceritakan intinya saja.
Saya adalah salah satu karyawan yang bekerja pada departemen
HRD. Departemen yang selalu dipandang sinis oleh setiap karyawan di bawahnya.
Terlebih lagi saya -_-“
Saya menjabat sebagai Industrial Relations. Tahu Industrial
Relations itu apa? Kalau gak, cari tahu dim bah google aja :D
Kurang lebih ruang lingkup pekerjaanku itu adalah memantau
kehadiran karyawan, baik yang datang terlambat atau yang gak datang sama
sekali, menghitung upah lembur juga Pesangon karyawan berdasarkan UU,
Menerbitkan Surat Keputusan (SK), baik itu SK Penetapan, Pengangkatan, Promosi,
Demosi, Mutasi, Rotasi ataupun itu Peraturan Perusahaan. Selain itu, saya juga ditugaskan membuat Internal Memo ataupun
Surat Edaran/ Circular di perusahaan kami. Dan kerjaan yang lebih ekstrim (gak
disukai oleh karyawan) adalah Menerbitkan Surat Teguran, Surat Peringatan (SP1,
SP2, SP3), bahkan Pemutusan Hubungan Kerja. Sangat sulit bagi saya untuk
menyakiti perasaan karyawan.
Back to BF.
Industrial Relations (IR) adalah pintu pertama karyawan
untuk mengeluarkan segala uneg-unegnya, keluh kesahnya dan sebagainya. Dan
sememangnya itulah yang pernah saya rasakan. Banyak perintah dari atasan saya
untuk melakukan sesuatu. “Kamu harus bias bergaul sama karyawan” (I did sir).
Saya selalu bergaul sama karyawan. “Kamu adalah tempat curhatnya karyawan”
(sudah ada beberapa pak). Banyak yang memang selalu curhat, tapi entah dia
bohong atau gak, soalnya mereka rata-rata pake topeng depan saya. “Kamu harus
menjenguk karyawan yang sakit” (itu sunnah Rosul pak) Insya Allah saya akan
selalu lakukan. “Kamu sisihkan waktumu untuk pulang malam untuk mempelajari
ruang lingkup pekerjaanmu” (itu yang susah, kalau saya pulang malam lagi. Kapan
saya bisa Muroja’ah Hapalanku pak?). Tapi tetap saya hanya bungkam, membiarkan
si BF memberi saya beberapa masukan yang positif. Saya tahu kalau saya ini
punya banyak kekurangan pada posisi saya
saat ini. Seluruh masukan BF masuk akal dan saya piker tentunya saya harus
melakukan itu. Mudah-mudahan bisa.
“hanya 2 hal yang perlu kuasai sebagai IR. Pertama itu
menguasai aturan, baik itu UUD, Aturan Perusahaan atau BHRM. Kedua, jika aturan
atau kebijakannya belum ada, kamu yang buat aturannya”. Masukan si BF yang
sangat memotivasi saya. Insya Allah saya bias pak.
Saya akhirnya bisa berpikir kalau mungkin saja si BF ini
sudah melupakan perdebatan kecil kami dulu. Mungkin. heheheh
Mari kita belajar Industrial Relations lagi…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
anda dapat berkomentar dengan bebas