selamat datang di blog sederhana saya :D

Sabtu, 24 Mei 2014

Nasehat Rasulullah

Alhamdulillah, hari baru lagi teman!

Bismillah,
Tak ada seorang dari kita yang tak melakukan dosa hari ini. Semog Allah senantiasa mengampuni dosa kita semua. Amin...

Sehari- hari yang saya rasakan hanyalah hampa, bukan berarti tidak ada sesuatu yang berarti yang saya lakukan hari ini, ini tentang apa yang telah saya lakukan hari ini. Apakah bermanfaat? ataukah ada kesalahan? Saya sendiri takut bercermin untuk melihat sisi lain saya. Sungguh saya hanyalah seorang manusia yang sangat butuh dengan peringatan dan nasehat.

Bukan berarti saya orang yang senang dinasehati. Saya senang kalau nasehatmu baik, dan saya mungkin tersenyum dengan 'topeng' jika nasehatmu itu menyesatkan.

Bukan berarti saya senang dinasehati.Saya suka dengan orang-orang yang menasehati saya dengan baik dan lembut, bukan dengan orang yang dengan teriak dan berorasi di depan saya, mungkin yang demikian itu hanya membuatku jengkel.
Bukan berarti saya adalah orang yang senang dinasehati. Saya suka, bahkan sangat suka sama orang yang menasehati saya dengan dalil-dalil, hadits, qiyas, maupun ijma, dan jika anda tipikal orang yang menasehati tanpa dalil-dalil, hadits, qiyas maupun ijma, maka nasehatilah saya dengan pelan, lembut, dimana nasehatmu itu baik buat diriku maupun untuk orang lain. Jangan sembarangan! karena bisa jadi saya menyerang balik nasehatmu itu! :p

"Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman." (QS. Adz-Dzadiyat:55.
Setiap kali derajat kita ditinggikan, saat itu pula kita sangat membutuhkan nasehat. Sekaliber ulama besar masih butuh juga dengan nasehat, Ilmu yang terbatas juga bukan alasan untuk tidak saling menasehati. "Boleh jadi orang yang memikul (mendengarkan) fiqh namun dia tidak faqih (tidak memahaminya), dan boleh jadi orang yang memikul (mendengarkan)fiqh menyampaikan kepada yang lebih paham darinya." (HR. At-Tirmidzi).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri kadang mengatakan kepada sahabatnya, "Nasehati saya." Juga para salaf terdahulu ketika mereka bersafar jauh, saat bertemu saudara lainnya mengatakan "berilah nasehat kepada saya, ajari saya, lembutkan hati saya".

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Agama adalah nasehat". Para sahabat kemudian menanyakan, "untuk siapa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab " Untuk Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, dan untuk para pimpinan kaum muslimin serta keumuman mereka". (HR. Muslim).
Dalam hadits tersebut, seolah-olah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan bahwa semua dalam agama ini tidak ada selain nasehat saja.

"Seorang laki-laki menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata "Ya Rasulullah, berilah aku nasehat yang ringkas". Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda  "Kalau Engkau mengerjakan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak meninggalkan (dunia). Jangan berbicara dengan satu kalimat yang esok hari kamu akan meminta udzur karena ucapan itu. Dan perbanyaklah rasa putus asa terhadap apa yang di tangan orang lain". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Tentu saja saya, kita, ataupun mereka bisa jadi salah satu orang yang tidak shalat dengan khusyu'. Maka cobalah saran beliau, shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak meninggal dunia esok hari. heheh

Berikut ini pelajaran dari 2 nasehat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut.

1. Shalat perpisahan
Bagaimana sekiranya seorang dikatakan padanya, "inilah shalatmu yang terakhir?". Bagaimana pula jika telah dikumandangkan adzan , lalu dikatakan padanya, "inilah shalat terakhirmu". Apakah dia masih sempat dengan urusan dunia? Bagaimana dia menyambut panggilan adzan? Apakah dia akan berlambat-lambat? Apa saja yang dia lakukan sebelum pergi ke masjid?. Hum... Setidaknya dia akan ke Masjid lebih awal, memakai pakaian sebersih-bersihnya serta memperbaiki wudhunya. Terlebih dahulu shalat sunnah tahiyyatul masjid kemudian membaca Al-Qur'an sebelum qamat.
Lalu apa saja yang akan dia pikirkan dalam shalat? Apakah dia benar-benar akan khusyu'? Dia akan shalat sebaik-baik keadaan. Seakan sebentar lagi akan berpisah dengan dunia. Mungkin inilah shalatnya yang paling khusyu' dalam hidupnya. Bahkan mungkin udah termehek-mehek (istilah kerennya). hehe
Banyak hal yang menyebabkan khusyu' tidaknya dalam shalat. Tentunya diantara lain, kekenyangan, shalat saat iklan menunggu film sinetron atau pertandingan sepak bola, dan lain-lain.
Sebaiknya, saran saya, dimana setiap kali ente-ente sekalian hendak pergi shalat, bayangkanlah, boleh jadi inilah shalatmu yang terakhir.

2. Jaga Lisan
Syekh Abdullah bin Salim, ia pernah menceritakan seorang pedagang kaya raya di Arab Saudi hendak mencarikan pasangan untuk putri satu-satunya. Singkat cerita, didapatkanlah pemuda yang baik akhlaknya.
"Berapa maharnya?" Tanya pemuda.
"Maharnya satu riyal saja" sebab ia tidak mempermasalahkan harta.
Maka singkat cerita (lagi), jadilah anaknya dinikahkan dengan satu riyal, mungkin kalau dirupiahkan sekitar tiga ribu rupiah (karena setahu ane sih, nilai riyal sama dengan ringgit).
Setelah beberapa waktu. Sang suami tidak sengaja mengatakan pada isterinya, "wahai sebotol pepsi", Dia tidak lagi memanggil nama isterinya, lantaran maharnya satu riyal seharga sebotol pepsi.
Sang istri akhirnya pulang ke rumah orang tuanya. "Pasti ada sesuatu yang terjadi antara kamu dan suamimu!" selidik ayahnya. "Iya, saya tidak setuju, dia (suaminya) memanggilku dengan sebutan sebotol pepsi. Itu gara-gara Ayah yang menikahkanku dengan mahar satu riyal".
Setelah itu suaminya datang untuk menjemput istrinya. "Kamu tidak boleh mengambil istrimu kecuali setelah membayar satu juta riyal!!" Setara dengan 300 juta.
Tidak ada pilihan lain kecuali si suami terpaksamembayar permintaan mertua tadi. Setelah kembali, suaminya tidak lagi memanggilnya dengan sebotol pepsi. Kali ini dengan panggilan "Wahai pabrik pepsi".

Hikmahnya, tidak satupun huruf yang keluar dari lisan kecuali kita telah mengetahui kemana arah ia akan pergi. Sebab tatkala kalimat itu telah keluar, justeru ia akan menguasai kita. Apa-apa yang keluar dari mulut akan susah untuk ditarik kembali.

Inilah maksud sabda Rasulullah Shallallahu 'alihi wa sallam, "Jangan berbicara dengan satu kalimat yang esok hari kamu akan meminta udzur karena ucapan itu".
Kita sayangkan hari ini, banyak orang yang berkata semaunya saja (termasuk orang-orang yang disekitar ane sendiri), tanpa melihat apa penyebab akan terjadi setelahnya. Apalagi perkataan kita bisa menimbulkan perpecahan diantara saudara kaum muslimin. Menggibah dan sekedar menggunjing saja.
"celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah dia, celakalah dia".
Umar bin Khattab pernah menasehati Ahnaf bin Qais "siapa yang banyak bicaranya, banyak pula salah dan sedikit rasa malunya, dan siapa yang sedikit rasa malunya , sedikit pula wara'nya. Dan siapa yang sedikit wara'nya, maka hatinya telah mati".

Sekian dan terima kasih sudah numpang baca.
Akan lebih baik jika ente memberi kesempatan kepada orang lain untuk membacanya.

Salam.... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anda dapat berkomentar dengan bebas

Total Tayangan Halaman